Senin, 30 November 2015

TIGA SUMBER DAN KOMPONEN MARXISME
Di  segenap penjuru dunia yang beradab,  ajaran-ajaran  Marx ditentang dan diperangi oleh semua ilmu pengetahuan borjuis (baik pejabat resmi -official- maupun kaum liberal), yang memandang Marxisme  semacam "sekte jahat". Tidak bisa diharapkan adanya sikap lain, karena tidak  ada  ilmu sosial yang netral dalam suatu  masyarakat  yang berbasiskan  perjuangan  klas. Lewat satu dan lain cara,  semua pejabat resmi dan ilmuwan liberal, membela  perbudakan  upahan (wage slavery). Sedangkan Marxisme telah  jauh-jauh hari  menyatakan  perang  tanpa henti  terhadap  perbudakan  itu. Mengharapkan sikap netral dari ilmu pengetahuan dalam  masyarakat perbudakan upahan adalah bodoh, sama naifnya dengan  mengharapkan sikap netral dari para pemilik pabrik dalam menghadapi pertanyaan apakah  upah  buruh dapat dinaikkan tanpa  mengurangi  keuntungan modal.

Tapi bukan hanya itu. Sejarah filosofi dan sejarah ilmu-ilmu sosial  memperlihatkan  dengan jelas bahwa dalam  Marxisme  tidak terdapat  adanya  "sektarianisme", dalam artian adanya  doktrin-doktrin  yang sempit dan picik , doktrin yang dibangun jauh  dari jalan  raya perkembangan peradaban dunia. Sebaliknya,  si  jenius Marx  dengan tepat menempatkan jawaban-jawaban terhadap  berbagai pertanyaan  yang diajukan oleh pikiran-pikiran termaju dari  umat manusia.  Doktrin-doktrinnya bangkit sebagai kelanjutan  langsung dari ajaran-ajaran besar dalam bidang filosofi,  ekonomi-politik, dan sosialisme.

Doktrin-doktrin  Marxist bersifat serba guna karena  tingkat kebenarannya  yang tinggi. Juga komplit dan harmonis, serta  melengkapi  kita  dengan suatu pandangan dunia yang  integral,  yang tidak  bisa  dipersatukan dengan berbagai macam  tahyul,  reaksi, atau tekanan dari pihak borjuis. Marxisme merupakan penerus  yang sah  dari  beberapa pemikiran besar umat manusia dalam  abad  19, yang  direpresentasikan  oleh filsafat  klasik  Jerman,  ekonomi-politik Inggris dan sosialisme Prancis. Inilah  tiga  sumber  dari Marxisme, yang  akan  kita  bahas secara ringkas beserta komponen -komponennya.


Filsafat  yang dipakai Marxisme adalah materialisme.  Sepanjang  sejarah Eropa modern, dan khususnya pada akhir abad  18  di Prancis, di mana terdapat perjuangan yang gigih terhadap berbagai sampah dari abad pertengahan, terhadap perhambaan dalam  berbagai lembaga dan gagasan, materialisme terbukti merupakan satu-satunya filosofi  yang konsisten, benar terhadap setiap cabang ilmu  alam dan  dengan gigih memerangi berbagai bentuk tahyul,  penyimpangan dan  seterusnya.  Musuh-musuh  demokrasi  selalu  berusaha  untuk "menyangkal", mencemari dan memfitnah materialisme, membela  berbagai bentuk filosofi idealisme, yang selalu, dengan satu dan  lain cara, menggunakan agama untuk memerangi materialisme.
Marx  dan Engels membela filosofi materialisme dengan  tekun dan berulangkali  menjelaskan  bagaimana  kekeliruan   terdahulu adalah setiap penyimpangan dari basis ini. Pandangan-pandangan mereka dijelaskan secara panjang lebar dalam karya Engels, Ludwig Feuerbach dan Anti-Duhring[1][2], yang seperti halnya Communist  Manifesto,merupakan buku pegangan bagi setiap pekerja  yang  memiliki kesadaran kelas.
Tetapi  Marx  tidak berhenti pada materialisme abad  18:  ia mengembangkannya  lebih jauh, ke tingkat yang lebih tinggi.  Marx memperkaya  materialisme dengan penemuan-penemuan  dari  filosofi klasik  Jerman,  khususnya sistem Hegel, yang  kemudian  mengarah kepada  pemikiran Feuerbach. Penemuan yang paling penting  adalah dialektika,  yaitu doktrin tentang perkembangan  dalam  bentuknya yang  paling padat, paling dalam dan amat  komprehensif.  Doktrin tentang relativitas  pengetahuan manusia  yang  melengkapi  kita dengan  suatu refleksi terhadap materi-materi yang terus  berkembang. Penemuan-penemuan  terbaru dalam  bidang ilmu alam: radium, elektron, transmutasi elemen, merupakan bukti nyata dari  materialisme  dialektis  yang  diajarkan Marx,  berbeda  dengan  dengan ajaran-ajaran  para filosof borjuis dengan idealisme mereka  yang telah usang dan dekaden.
Marx  memperdalam  dan mengembangkan  filosofi  materialisme sepenuhnya,  serta  memperluas pengenalan  terhadap  alam  dengan memasukkan pengenalan terhadap masyarakat manusia. Materialisme Historisnya  yang  dialektis merupakan pencapaian  besar  dalam  pemikiran ilmiah. Kekacauan yang merajalela dalam berbagai pandangan sejarah  dan  politik digantikan dengan suatu teori ilmiah  yang  amat integral  dan  harmonis,  yang  memperlihatkan  bagaimana,  dalam konsekwensinya  dengan pertumbuhan  kekuatan-kekuatan  produktif, suatu sistem kehidupan sosial muncul dari sistem kehidupan sosial yang  ada  sebelumnya dan berkembang  melalui  berbagai  tahapan--contoh kongkretnya: kapitalisme yang muncul dari feodalisme.
Seperti halnya pengetahuan manusia merefleksikan alam  (yang merupakan  materi  yang  berkembang),  yang  keberadaannya  tidak tergantung dari manusia, begitu pula pengetahuan sosial (berbagai pandangan  dan doktrin yang dihasilkan manusia--filosofi,  agama, politik,  dan seterusnya) merefleksikan sistem ekonomi  dari  masyarakat.  Berbagai  lembaga politik merupakan  superstruktur  di atas fondasi ekonomi. Kita melihat, sebagai contoh, bahwa 
berbagai  bentuk  politis dari negara-negara Eropa  modern  memperkuat dominasi pihak borjuasi terhadap pihak proletariat.
Filosofinya  Marx merupakan filosofi  materialisme  terapan, yang mana membekali umat manusia, khususnya kelas pekerja, dengan alat-alat pengetahuan yang ampuh.



[1][2] Referensinya adalah tulisan Engels “Anti-Duhring: Herr Eugen Duhring’s Revolution in Science 



[1][1] Artikel ini ditulis oleh Lenin untuk memperingati 30 tahun kematian Marx dan dipublikasikan dalam Prosveshcheniye No. 3 tahun 1913. Prosveshcheniye (Pencerahan)—adalah terbitan teoritik bulanan kaum Bolshevik yagn diterbitkan secara legal di St.Petersburg mulai bulan Desember 1911 sampai Juni 1914. Oplahnya mencapai 5000 eksemplar. Lenin memimpin penerbitan ini dari luar negeri, awalnya di Paris, kemudian Cracow dan Poronin; dia mengedit artikel-artikelnya melalui korespondensi yang intense dengan para editor.
Pada masa PD I majalah ini dibredel oleh rejim tsar. Kemudian terbit lagi pada musim gugur tahun 1917 tapi hanya sekali terbit. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar