Dunia politik di Indonesia cenderung kotor dan jahat, karena
sering menghalalkan semua cara untuk medapatkan kekuasaan. Dan cermin
perpolitikan di negeri ini sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari pola politik
yang terjadi di dunia kampus, karena rata-rata politikus nasional saat ini
adalah mereka yang sebelumnya aktif berpolitik di kampus. Pentingnya belajar
berpolitik dikampus dengan alasan bahwa politik kampus sangat menentukan baik
dan buruknya perpolitikan di Indonesia karena kampus merupakan tempat
persemaian politisi muda yang nantinya akan menjadi generasi penerus perjuangan
bangsa ini.
Dinamika perpolitikan yang terjadi di lingkungan kampus memang
menarik untuk dijadikan bahan kajian. Konflik dan persaingan yang sering muncul
diantara mahasiswa, justru menjadi nilai penting sebagai sarana pendewasaan
mahasiswa dalam berpolitik, baik sewaktu masih menjadi mahasiswa maupun setelah
lulus. Sistem politik yang dijalankan di kampus memang tidak sekompleks sistem
politik yang berjalan di negeri ini, akan tetapi setidaknya politik yang
diterapkan mahasiswa dapat dijadikan cermin bagaimana perpolitikan bangsa
Indonesia.
Yang menjadi perbedaan secara fundamental (mendasar) antara
politik kampus dengan politik yang dijalankan oleh politikus negeri ini adalah
soal orientasi (tujuan). Jika politikus negeri ini berpolitik untuk mendapatkan
kekayaan dan kekuasaan. Sedangkan politik kampus dilaksanakan lebih
sebagai sarana untuk mewujudkan eksistensi dan aktualisasi dari mahasiswa.
Selain itu politik kampus lebih dijadikan sebagai wahana pembelajaran bagi
mahasiswa untuk mengenal lebih dalam mengenai dunia perpolitikan.
Kampus merupakan lahan subur yang sangat penting untuk melakukan
pengkaderan, terutama dalam bidang politik. Mengingat mahasiswa merupakan
golongan intelek yang memiliki potensi keilmuan, wawasan, serta pengalaman yang
cukup baik dalam masalah politik. Mahasiswa yang teguh memegang idealismenya
biasanya akan menjalankan politik kampus dengan penuh rasa tanggungjawab,
bahkan setelah lulus dan menjadi seorang politikus mahasiswa tersebut tetap
akan berpolitik dengan membawa visi kerakyatan.
Hal inilah yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat Indonesia,
dimana akan lahir politiukus muda yang berasal dari seoarang mahasiswa yang
selalu akan menyuarakan aspirasi dan membela kepentingan rakyat. Idealisme yang
dimiliki saat menjadi mahasiswa diharapkan akan tetap dibawa sampai mahasiswa
yang bersangkutan menjadi seorang pejabat, baik tingkat lokal, regional dan bahkan nasional. Apalagi
bagi mereka yang menyadari bahwa jati diri sebagai agent of social
change (agen perubahan sosial) tetap akan melekat dalam dirinya hingga
akhir hayat. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apakah
praktek politik yang dilakukan mahasiswa di kampus benar-benar mencerminkan
integritas kaum intelektual tersebut kepada rakyat?
Jika politik kampus dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran
mahasiswa dalam pendewasan diri dalam berpolitik serta demi kepentingan rakyat
maka hal tersebut patut untuk didukung. Akan tetapi jika politik kampus hanya
dijadikan sebagai batu loncatan mahasiswa untuk menjadi politikus nasional, dan
untuk meraih kekuasan serta materi semata, maka hal tersebut bisa menciderai
visi kerakyatan yang selalu diemban oleh mahasiswa. Oleh sebab itulah, langkah
tersebut tidak patut ditiru.
Dalam dunia mahasiswa, politik kampus merupakan sarana efektif
bagi mahasiswa untuk mengaktualisasikan diri serta menunjukkan eksistensinya ke
dalam lingkungan kampus secara umum. Politik kampus juga dapat memberikan
manfaat bagi mahasiswa, karena dengan adanya media tersebut mahasiswa dapat
memiliki fungsi dan peran yang jelas dalam setiap gerakannya. Selain itu, politik
kampus sesungguhnya merupakan media pengkaderan pergerakan mahasiswa yang
bertujuan untuk mencetak kader yang tangguh.
Satu hal yang patut diapresiasi dari praktek politik kampus,
yaitu mahasiswa tetap teguh memegang idealismenya. Berpolitik merupakan hal
yang sangat manusiawi dan wajar, begitu juga bagi mahasiswa. Yang terpenting
adalah dalam berpolitik harus tetap memegang teguh etika, moral, nilai-nilai dan aturan yang berlaku.
Karena hanya dengan hal inilah akan dapat terlaksana perpolitikan yang benar-benar
jujur dan bersih.
Mahatma Ghandi pernah mengatakan bahwa setiap tujuan yang ingin
dicapai harus selaras dan seimbang dengan metode dan tata cara yang dilakukan.
Mustahil hasil dari tujuan dinilai baik jika metode yang digunakan adalah
dengan jalan yang buruk. Mungkin itulah yang dimaksud dengan politik yang
”bersih”. Sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Plato bahwa politik adalah
seni mempengaruhi orang lain dengan kecerdikan dan kecerdasan, bukan dengan
keculasan dan kebohongan serta cara-cara keji yang menghalalkan segala macam
aturan demi meraih keinginanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar